MEMALUKAN

09:10 PM
Background music: Panic at the Disco-I write sins not tragedy

Kemarin, 29 november, saya mengantar keempat siswa saya ke aula kantor Pemkot Balikpapan untuk mengikuti Spelling Bee Competition dan Poetry Reading Contest yang diadakan oleh MGMP Bahasa Inggris Balikpapan. Saya tidak akan membahas tentang kompetisi ini sebenarnya, yang saya soroti adalah sebuah sikap memalukan yang di tunjukkan oleh masyarakat Indonesia namun yang terutama adalah warga Balikpapan.

Bangsa Indonesia memiliki budaya yang beragam. Adat istiadat, upacara tradisional, pakaian adat, seni tradisional, dan banyak budaya yang membanggakan lainnya. Namun ada satu lagi budaya yang saya sadari di miliki dan melekat kuat pada bangsa indonesia. Budaya yang “unik” itu disebut budaya tidak taat peraturan. Mengapa saya berkesimpulan seperti itu saya akan ceritakan. Saat kompetisi kemarin juri yang membantu pelaksanaan kompetisi adalah native speaker dalam artian orang bule/asing, saat pelaksanaan kompetisi para penonton diminta untuk tidak membuat kebisingan yang dapat mengganggu kosentrasi peserta kompetisi maupun para juri yang menilai penampilan peserta kompetisi. Namun setiap kali di minta untuk tenang para penonton tetap saja membuat keributan, hingga panitia harus berkali-kali meminta audience untuk tenang. Bahkan saya juga merasa terganggu dengan kebisingan yang dibuat orang-orang disekitar saya, dan saat saya berkata “Ssshhh… jangan ribut!” mereka menatap saya seolah-olah saya yang bersalah dan aneh. Dan akhirnya hingga akhir acara para native speaker tersebut mengatakan bahwa kami adalah warga yang talkactive, cerewet, banyak bicara.

Benar-benar memalukan. Ini yang membuat bangsa kita susah sekali untuk bangkit dari keterpurukan. Kita tidak punya budaya untuk mematuhi peraturan. Kita tidak punya budaya untuk menghargai apa yang diperbuat oleh orang lain. Hhhh…. rasanya memalukan kalau dikatakan “sama sekali tidak punya…” mungkin kita memang bangsa yang kurang menghargai dan menghormati peraturan. Memalukan…