Suatu hari di sebuah hutan diadakanlah perlombaan bagi seluruh warga hutan. Ada tiga perlombaan yang diadakan di hutan tersebut, yaitu perlombaan terbang, berenang, dan berlari. Dari sekian banyak peserta akhirnya giliran si Elang, si harimau, dan si ikan yang ikut berlomba. Sang juri meminta si elang untuk ikut perlombaan berlari, sementara si harimau di minta ikut perlombaan berenang, dan si ikan ikut perlombaan terbang. Bagaimana akhir dari perlombaan tersebut?
Mungkin anda semua sudah tahu jawabannya. Pasti tidak ada satupun dari ketiga hewan itu dapat melakukan perlombaan tersebut. Alasannya jelas karena perlombaan yang diikuti oleh ketiga hewan itu tidak pada tempatnya. Tidak sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki oleh ketiga hewan tersebut.
Sebenarnya cerita diatas hanyalah analogi yang paling mudah untuk menggambarkan betapa terkadang beberapa orang tua lupa pada prinsip keberadaan manusia (dalam hal ini adalah anak) yang dilahirkan dengan keadaan masing-masing. Setiap anak punya kekurangan dan kelebihan masing-masing. Ada anak yang pandai berenang namun tak pandai berlari. Ada anak yang pandai menggambar namun tak pandai matematika. Terkadang orang tua hanya ingin anaknya bisa sekolah dengan nilai-nilai yang baik pada semua mata pelajaran tanpa berpikir bahwa mungkin saja kemampuan sang anak tidak pada tempat yang orang tua inginkan.
Sebenarnya hal inilah yang membuat sebagian besar anak-anak berputus asa terhadap hidup dan menyesali kegagalan mereka. Mereka menganggap saat mereka tidak bisa melakukan satu hal dan orang tua mereka menekan dengan kekecewaan mereka, mereka adalah manusia gagal yang tidak bisa melakukan sesuatu. Anak-anak tersebut sebenarnya sudah dibunuh, dalam artian dibunuh kepercayaan dirinya. Padahal mungkin saja orang tua yang tidak menyadari bahwa mereka sudah menempatkan anak ditempat yang salah, ditempat dimana kemampuan tersebut tidak mereka miliki.
Solusinya adalah bahwa kita harus kembali merevisi pemahaman kita tentang anak. Memperbaharui kemampuan kita memahami bahwa setiap manusia dilahirkan dengan bakat masing-masing, dan dengan kelemahan masing-masing. Mencari tahu apa kelebihan anak dan mengeksploitasi kelebihan tersebut dapat membuat anak percaya bahwa dirinya, bagaimanapun keadaanya, juga merupakan makhluk yang berguna bagi dirinya sendiri dan bagi orang-orang disekitarnya.